Profil Desa Suniarsih
Ketahui informasi secara rinci Desa Suniarsih mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Berada di lereng Gunung Slamet, Desa Suniarsih, Kecamatan Bojong, Tegal, merupakan desa agraris yang dinamis. Dikenal dengan nama lain Simpar, desa ini unggul dalam pertanian sayur, peternakan domba modern melalui program Baznas, serta memiliki kuliner kh
-
Lokasi Strategis di Lereng Gunung
Terletak di lereng utara Gunung Slamet pada ketinggian 950 mdpl, memberikan kesuburan tanah untuk pertanian dan potensi agrowisata.
-
Inovasi Ekonomi Peternakan
Peluncuran program Balai Ternak Baznas menjadi model pemberdayaan ekonomi modern bagi peternak domba untuk meningkatkan kesejahteraan.
-
Potensi Unggulan Lokal
Memiliki produk UMKM khas berupa Tempe Ireng yang unik dan berpotensi menjadi ikon kuliner serta oleh-oleh dari Kabupaten Tegal.
Terletak di lereng utara Gunung Slamet yang megah, Desa Suniarsih di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, menjelma menjadi sebuah wilayah yang dinamis dengan potensi besar di sektor pertanian, peternakan dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dikenal juga dengan nama Desa Simpar oleh masyarakat lokal, Suniarsih menawarkan perpaduan antara keindahan alam pegunungan yang sejuk dan semangat warganya dalam membangun perekonomian desa. Berada pada ketinggian rata-rata 950 meter di atas permukaan laut, desa ini menjadi salah satu penyangga penting bagi kawasan agraris di sekitarnya.
Secara geografis, Desa Suniarsih menempati posisi yang strategis. Wilayahnya berbatasan langsung dengan Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang di sebelah timur, yang dipisahkan oleh aliran Sungai Rambut. Sementara itu, di sisi lain, desa ini dihubungkan oleh akses jalan ke Desa Kedawung dan pusat Kecamatan Bojong. Keberadaan Patung Pramuka yang ikonik di sebuah pertigaan jalan menjadi penanda selamat datang sekaligus titik temu yang menghubungkan Suniarsih dengan wilayah tetangganya.
Berdasarkan data kependudukan tahun 2022, Desa Suniarsih dihuni oleh 2.830 jiwa, yang terdiri dari 1.468 laki-laki dan 1.362 perempuan. Dengan luas wilayah yang diperkirakan sekitar 4,46 kilometer persegi (446 hektar), desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 634 jiwa per kilometer persegi, yang menunjukkan sebaran pemukiman yang cukup ideal di tengah bentang lahan pertanian yang subur.
Sejarah dan Tata Kelola Pemerintahan
Nama Suniarsih, menurut cerita tutur yang berkembang di masyarakat, berasal dari legenda seorang putri dari Kerajaan Singosari bernama Dewi Suniarsih. Konon, ia melarikan diri dari keraton untuk menghindari perjodohan dan akhirnya menetap di wilayah ini. Di sisi lain, nama "Simpar" yang melekat erat dengan desa ini diambil dari nama Mbah Simpur, seorang tokoh bijaksana asal Cirebon yang diyakini sebagai salah satu orang pertama yang membuka perkampungan. Mbah Simpur dikenal sebagai seorang ahli pembuat perkakas dari besi dan seorang pemuka agama Islam yang dihormati, menjadikan wilayah ini sebagai pusat pembelajaran dan permukiman baru pada masanya.
Secara administratif, pemerintahan Desa Suniarsih dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajarannya. Berdasarkan hasil pemilihan kepala desa serentak, Taseh terpilih dan dilantik sebagai Kepala Desa Suniarsih pada awal tahun 2020. Namun dalam perkembangan pemerintahan terkini, pada pertengahan tahun 2024, jabatan tersebut diisi oleh seorang Penjabat (Pj) Kepala Desa, Miyanta, yang bertugas menjalankan roda pemerintahan dan mempersiapkan proses pemilihan selanjutnya.
Pemerintah desa secara aktif mengelola pembangunan melalui berbagai sumber pendanaan, termasuk Dana Desa (DD). Pada tahun 2024, realisasi Dana Desa tahap pertama dialokasikan untuk sejumlah proyek infrastruktur vital, seperti pengaspalan jalan, pembangunan rabat beton, dan pemasangan penerangan jalan umum (PJU). Selain itu, sebagian dana juga disalurkan dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada keluarga penerima manfaat, sebagai bagian dari jaring pengaman sosial bagi masyarakat. Transparansi pengelolaan anggaran terus diupayakan sebagai wujud akuntabilitas pemerintah desa kepada warganya.
Perekonomian Desa: Pertanian Subur dan Peternakan Modern
Sebagai desa yang berada di kawasan pegunungan, pilar utama perekonomian Desa Suniarsih bertumpu pada sektor pertanian. Sebagian besar, atau sekitar 81% penduduknya, berprofesi sebagai petani. Lahan yang subur dimanfaatkan untuk menanam berbagai komoditas, seperti padi, jagung, dan aneka sayuran dataran tinggi yang menjadi andalan pendapatan masyarakat. Sistem pertanian yang dikembangkan terus beradaptasi dengan teknologi dan kebutuhan pasar untuk meningkatkan produktivitas.
Terobosan signifikan dalam diversifikasi ekonomi desa terjadi pada akhir tahun 2024 dengan peluncuran program Balai Ternak Baznas Berkah Slamet. Program ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI dan PT Adev Natural Indonesia, yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kemandirian ekonomi peternak mustahik (penerima zakat). Sebanyak 20 kepala keluarga diberdayakan melalui program ini dengan bantuan modal 210 ekor domba hasil persilangan antara ternak Sakub dan ternak lokal.
Pimpinan BAZNAS RI Bidang Koordinasi Nasional, K.H. Achmad Sudrajat, dalam peresmiannya menyatakan, "BAZNAS ingin menjadikan peternak mustahik di sini lebih mandiri secara ekonomi, di mana melalui program pemberdayaan ini diharapkan para mustahik bisa berdiri sendiri di kemudian hari dan bertransformasi menjadi muza
Potensi Sosial, Budaya, dan Pariwisata
Kehidupan sosial masyarakat Desa Suniarsih sangat erat dengan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Seluruh penduduknya memeluk agama Islam, menjadikan kegiatan keagamaan sebagai salah satu perekat utama interaksi sosial di antara warga. Semangat kebersamaan ini juga tecermin dalam berbagai kegiatan desa, termasuk dalam pelaksanaan program pembangunan yang seringkali melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat.
Dalam bidang budaya, Desa Suniarsih memiliki potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Salah satu kegiatan yang pernah tercatat meriah yakni Karnaval Budaya yang diselenggarakan dalam rangka Jambore Ranting Pramuka Kwartir Ranting (Kwarran) Bojong pada tahun 2019. Acara yang dipusatkan di Bumi Perkemahan Martoloyo ini menunjukkan adanya semangat dan wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan dan melestarikan kekayaan budaya lokal.
Dari sisi pariwisata, letak Desa Suniarsih di lereng Gunung Slamet dan tidak jauh dari kawasan wisata populer Pemandian Air Panas Guci, memberikan keuntungan tersendiri. Meskipun belum memiliki destinasi wisata yang dikelola secara khusus, keindahan alam berupa hamparan sawah terasering, udara yang sejuk, dan panorama pegunungan merupakan modal besar untuk pengembangan agrowisata. Konsep wisata edukasi yang memadukan pengalaman bertani, beternak, dan melihat langsung proses pembuatan Tempe Ireng dapat menjadi daya tarik unik yang ditawarkan kepada wisatawan. Pengembangan homestay atau pondok wisata juga berpotensi untuk menangkap limpahan pengunjung dari objek wisata di sekitarnya, sehingga memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat setempat.
